I.
PENDAHULUAN
Bahan
organik dalam air laut dapat dibagi atas dua bagian yaitu :
- Bahan organik terlarut yang berukuran < 0.5 mm.
- Bahan organik tidak terlarut yang berukuran > 0.5 mm.
Jumlah
bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik
tidak terlarut. Hanya berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut terdiri dari
sel hidup. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh organisme hidup melalui proses
metabolisme dan hasil pembusukan. Adapun peranan bahan organik di dalam ekologi
laut adalah sebagai berikut :
- Sumber energi (makanan)
- Sumber bahan keperluan bakteri, tumbuhan maupun hewan
- Sumber vitamin
- Sebagai zat yang dapat mempercepat dan menghambat pertumbuhan sehingga memiliki peranan penting dalam mengatur kehidupan fitoplankton di laut.
II.
BAHAN ORGANIK TERLARUT DALAM AIR LAUT.
·
Bahan organik karbon berukuran 0,3 – 3 mgC/ l pada perairan
pantai, ditemukan sebagai hasil peningkatan aktivitas fitoplankton dan polusi
dari daratan.
· Metode penentuan karbon organik, ditemukan oleh Menzel dan Vaccaro
(1964) dalam Riley dan Chester (1971) dengan menyaring sampel,
dipindahkan ke sebuah ampul dan diacidified sparging dengan uap udara
bersih untuk memisahkan karbondioksida yang bergabung dengan keseimbangan asam karbonik.
Sampel ini dihilangkan dengan Potasium Peroksidisulfat (K2S2O8) lalu
ampul ditutup. Selanjutnya dipanaskan dengan suhu 130°C dalam sebuah autoclave
selama 1 jam. Setelah dingin autoclave dibuka dan karbondioksida terbentuk
oleh oksidasi dari bahan organik yang diubah dengan helium atau nitrogen, lalu
diukur dengan alat ukur yang terbuat dari infra red absorption atau dengan
absorption chromatography.
·
Bahan organik nitrogen.
Penentuan bahan organik nitrogen terlarut (5 – 300 μgN/l)
dikemukakan oleh Strikland dan Persons (1968). Bahan organik nitrogen
dioksidasi menjadi nitrit+ oleh penyinaran yang bersumber dari radiasi ultra
violet. Nitrat selanjutnya direduksi ke nitrit menggunakan cadmium reduktor
column sehingga total nitratnitrogen dapat ditentukan.
Bahan
organik terlarut dalam air laut berasal dari empat sumber utama yaitu
:
- Daratan
Bahan
organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan sungai. Bahan
organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa mencapai 20 mgC/l, terutama
berasal dari pelepasan humic material dan hasil penguraian dari
buahbuahan yang jatuh di tanah.
Penambahan bahan organik secara perantara alami dalam bentuk sewage (kotoran)
dan buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi dan segera membusuk
karena bakteri dalam air laut. Namun dalam batasan badan air, seperti estuarin,
kebutuhan oksigen secara biologi terpenuhi dikarenakan kondisi anoksik
tersedia.
- Penguraian organisme mati oleh bakteri
Ada
dua mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis dan bakterial.
Di alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan. Tingkat penguraiannya
tergantung pada kondisi kematian serta sampai tersedianya enzim dan bakteri
yang diperlukan. Dalam proses autolisis, reaksi penguraian terjadi karena
adanya enzim di dalam sel dan hasilnya selanjutnya akan dilepaskan ke dalam
badan perairan.
Menurut
Johanes (1968) dalam Riley dan Chester (1971), ekresi dari mikroorganisme
seperti protozoa merupakan sumber yang penting dari bahan organik karbon.
Proses pelepasan nitrogen dan fospor dari organisme mati dalam air laut terjadi
dengan cepat. Waksman, et al (1938) dalam Riley dan Chester
(1971) telah menemukan bahwa setengah dari nitrogen yang ada dalam zooplankton
mati, diubah menjadi amonia dalam waktu 2 minggu dan fospat dilepaskan dengan
cepat. Skopintsev (1949) dalam Riley dan Chester (1971) menyatakan bahwa
70 % organik karbon tidak terlarut di dalam kultur alga mati akan dioksidasi
menjadi karbondioksida (CO2) dan setelah enam bulan ditemukan sekitar 5% yang
diubah kedalam bahan organik terlarut.
- Hasil metabolisme alga terutama fitoplankton.
Hasil
fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam badan perairan.
Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk organisme laut lainnya dan
juga berperan dalam kontrol ekologi. Asam amino dan karbohidrat merupakan bahan
yang dikeluarkan secara dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp
(Hellebust, 1965 dalam Riley dan Chester 1971).
- Eksresi zooplanton dan binatang laut lainnya.
Eksresi
zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting bahan organik
terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip adalah Nitrogenous seperti
urea, purines (allantoin dan asam uric), trimethyl amine oxide dan asam amin,
trimethyl amine oxide dan asam amino (glycine, taurine dan alanine)
2.1.
Sifat Bahan Organik Terlarut dalam Air Laut
Sebagian
besar bahan organik terlarut dalam air laut terdiri atas material yang kompleks
dan sangat tahan terhadap penguraian bakteri. Secara lebih jelas konsentrasi
representatif beberapa bahan organik karbon terlarut di permukaan air laut
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel
1. Konsentrasi Representatif Bahan Organik Karbon Terlarut di Permukaan Air
Laut
No
Bahan Organik Konsentrasi (μg/ l) Lokasi
|
1.
Methane
1 Trop Atlantic
|
2.
Paraffinic Hidrocarbons 400 South Pasific
|
3.
Pristane (2,6,10,14 Tr Teluk cape Cod
Tetramethyl Pentadecane)
|
4.
Pentoses 0.5 Pacific of California
|
5.
Hexoses 14-36
Pacific of california
|
6.
Malic Acid 300
Atlantic
Coast
|
7.
Citric Acid 140 Atlantic Coast
|
8.
Triglecerydes + Fatty Acid 200 South
Pacific
|
9.
Amino Acid 10-25 Irish
Sea
|
10
Vitamin B12 0-0.01 Various
|
11
Thiamine (Vitamin B1) 0.021
Long
Island Sound
|
12
Biotine 0.01
G. of Mexico
|
13
Urea 0-80
English
Channel
|
14
Adenine 100-1000
G. of
Mexico
|
15
Uracil 300 G. of
Mexico
|
16
p-Hydroxy-Benzoic Acid 1-3 Pacific of
california
|
17
Vannilic Acid 1-3 Pacific of
california
|
18
Syringic Acid 1-3 Pacific of
california
|
Sumber
: Riley dan Chester (1971)
2.2.
Efek Ekologi Material Organik Terlarut
Kualitas air laut dikatakan baik atau buruk tergantung pada
produktivitasnya. Kondisi ini ditentukan oleh keberadaan mikro nutrien
anorganik khususnya nitrogen dan fosfat. Material organik terlarut tidak hanya
sebagai sumber energi tetapi juga sumber senyawa organik esensial yang tidak
dapat disintesa oleh organisme tersebut. Banyak zat-zat dikeluarkan oleh
kehidupan air laut sebagai ectocrines yang mempercepat atau memperlambat
pertumbuhan. Prakash dan Rashid (1968) dalam Riley dan Chester (1971)
menyatakan bahwa pertumbuhan didukung oleh banyaknya humic acid yang secara
ekologi penting dalam perairan pantai. Penghambat pertumbuhan dapat ditemukan
dalam media kultur antara antibiotik dan racun. Zat racun dikeluarkan oleh
dinoflagellata seperti Gynodinium breze dan Gonyoulax polyhedra yang
dapat menyebabkan “ red tide”. Zat polifenol dihasilkan oleh alga coklat
menghambat pertumbuhan beberapa spesies dari alga unicellular. Zat ini mungkin
penting secara ekologi menekan pertumbuhan epiphytes.
2.3.
Distribusi Organik Karbon Terlarut dalam Air Laut
Hampir seluruh organik karbon terlarut dalam air laut berasal dari
karbondioksida yang dihasilkan oleh fitoplankton. Konsentrasinya tergantung
pada keseimbangan antara rata-rata organik karbon terlarut yang dibentuk oleh
hasil pembusukan, eksresi dan rata-rata hasil penguraian atau pemanfaatannya. Libes
(1971) menyatakan distribusi dissolved organic matter, particulate organic
matter dan organik karbon erat hubungannya dengan produktivitas primer Produktivitas
primer sangat tinggi di daerah pantai dan rendah pada daerah laut terbuka.
Konsentrasi bahan organik berdasarkan variasi musim dan kedalaman adalah
sebagai berikut.
2.3.1.
Variasi Menurut Musim
- Terjadi hanya pada daerah yang dipengaruhi musim (North sea).
- Musim semi dan awal musim panas merupakan konsentrasi tertinggi (Ca1,8 mg/ l).
- Musim panas konsentrasi menurun.
- Musim gugur – awal musim semi, konsentrasi sedikit menurun
2.3.2.
Variasi Menurut Kedalaman
- Permukaan, konsentrasi bahan organik karbon terlarut dan nitrogen paling tinggi.
- Bagian bawah zona eufotik, konsentrasi mulai menurun dengan meningkatnya kedalaman dan terdapat perbedaan antra satu tempat dengan tempat lainnya tergantung pada produktivitas, ketersediaan heterotrof dan kondisi hidrografik. Pada kedalaman lebih besar dari 100 meter konsentrasi masih relatif konstan.
- Pada perairan dalam, kandungan bahan organik karbon terlarut terlihat kecil tetapi signifikan dan berbeda menurut kedalaman. Perbedaan konsentrasi organik terlarut dengan nitrogen pada permukaan perairan sekitar 100 : 15 sampai 100 : 25.
III.
BAHAN ORGANIK TIDAK TERLARUT DALAM AIR LAUT
Bahan organik tidak terlarut dalam air laut berukuran lebih besar
dari 0,5 μm. Pada lapisan permukaan air laut material organik tak terlarut ini
berupa detritus dan fitoplankton. Pada zona eufotik konsentrasinya lebih tinggi
dari lapoisan di bawahnya. Bahan organik tak terlarut ini berfungsi menyediakan
makanan untuk organisme pada beberapa tingkatan tropik.
3.1.
Sumber Bahan Organik Tidak Terlarut dalam Air Laut
·
Di bawah air sungai (4,2 – 109 gC/ l) berukuran lebih kecil dari
rata-rata produksi primer di laut ( 4 – 1016 gC/ l).
·
Sebagian besar particulate organic matter dilaut dihasilkan oleh
beberapa organisme penghasil utama seperti fitoplankton, makroalga dan bakteri kemoautotrofik.
Produksi utama ini dihasilkan oleh fotoautotrofik nanoplankton (berdiameter 2,0
– 20 μm).
·
Sekitar 10 % dihasilkan dari tanaman dalam bentuk senyawa, berat
molekulnya ringan seperti asam amino,
asam trikarboksilik. Hasil ini dengan cepat dikonsumsi oleh bakteri.
·
Hasil agregasi dan pengendapan dissolved organic matter dari laut.
·
Pada subsurface dalam waktu tertentu butir-butir fecal zooplankton
merupakan komponen yang terbesar dari
bahan organik tak terlarut.
3.2.
Perbedaan Secara Ekologi dan Sifat Bahan Organik Partikulat.
3.2.1.
Daerah eufotik.
Bahan organik partikulat di daerah eufotik terdiri dari
fitoplankton dan bakteri bersama dengan detritus. Pertumbuhan lebih baik
diperoleh dengan percampuran dari dua atau lebih spesies dibandingkan satu
spesies. Pada kondisi biasa, diatom mungkin dapat digunakan sebagai makanan
pokok kopepoda (Beklemistur, 1954 dalam Riley dan Chester, 1971), tetapi
cocolithophores dan dinoflagellata juga dapat digunakan (Marshall dan
Orr, 1952 dalam Riley dan Chester, 1975).
Pada saat fitoplankton melimpah, zooplankton mengkonsumsi lebih
banyak fitoplankton daripada diassimilasi (Beklemishev, 1962 dalam Riley
dan Chester, 1971). Saat fitoplankton melimpah detritus berfungsi hanya sebagai
pelengkap makanan zooplankton. Namun disaat zooplankton kurang, detritus
merupakan bagian terbesar makanan binatang di laut (Harvey, 1950., Fox, 1950.,
Roley, 1959 dalam Riley dan Chester, 1971).
Pada perairan yang dangkal, banyak detritus sampai ke dasar laut
dimana detritus itu dicerna oleh organisme dasar. Dekomposisi bakteri menjadi
mekanisme dasar bagi detritus, bakteri menggunakan bahan partikulate untuk
suplay energi dan material bagi protoplasma. Selama proses respirasi dan
metabolik CO2, amonia dan ion fosfat dilepaskan ke dalam air.
3.2.2.
Daerah Perairan Dalam.
Meskipun banyak detritus di daerah eufotik berukuran relatif besar
karena diuraikan oleh bakteri sehingga sangat sedikit yang mencapai kedalaman 200
– 300 meter (Fox, 1950 dalam Riley dan Chester, 1971). Sebagian besar
dikonsumsi oleh filter feeder perairan dalam yang memiliki nilai gizi (Harvey,
1955 dalam Riley dan Chester, 1971) dan tenggelam sampai dasar lautan
bergabung menjadi sedimen yang rata-rata mengandung Ca 0,3% organik karbon.
Oleh sebab itu perlu mencari alternatif sumber makanan bagi binatang laut
tersebut. Sumber makanan kemungkinan dipenuhi oleh marine aggregates yang
kaya protein dan nutrisi.
Gordon (1970) dalam Riley dan Chester (1971) memperlihatkan
bahwa organik karbon tak terlarut yang terdapat di laut dalam di Atlantik dapat
dihidrolisis oleh enzim seperti trypsin dan a–amylase yang terjadi di
zooplankton. Bagian tersebut menjadi sumber makanan penting bagi filter feeder
di daerah Batipelagik.
PENUTUP
Jumlah bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi
rata-rata bahan organik tidak terlarut. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh
organisme hidup melalui proses metabolisme dan hasil pembusukan. Ekresi dari
mikroorganisme seperti protozoa merupakan sumber yang penting dari bahan
organik karbon. Proses pelepasan nitrogen dan fospor dari organisme mati dalam
air laut terjadi dengan cepat. Hampir seluruh organik karbon terlarut dalam air
laut berasal dari karbondioksida yang dihasilkan oleh fitoplankton.
Konsentrasinya tergantung pada keseimbangan antara rata-rata organik karbon
terlarut yang dibentuk oleh hasil pembusukan, eksresi dan rata-rata hasil
penguraian atau pemanfaatannya. Bahan organik tidak terlarut dalam air laut
berukuran lebih besar dari 0,5 μm. Pada lapisan permukaan air laut material
organik tak terlarut ini berupa detritus dan fitoplankton. Pada zona eufotik
konsentrasinya lebih tinggi dari lapoisan di bawahnya. Bahan organik tak
terlarut ini berfungsi menyediakan makanan untuk organisme pada beberapa
tingkatan tropik. Organik karbon tak terlarut yang terdapat di laut dalam di
Atlantik dapat dihidrolisis oleh enzim seperti trypsin dan a–amylase yang
terjadi di zooplankton. Bagian tersebut menjadi sumber makanan penting bagi
filter feeder di daerah Batipelagik.
DAFTAR
PUSTAKA
Libes,
S.M. 1971. An Introduction to Marine Biogeochemistry. Department of Marine Science.
University of South Carolina-Coastal Carolina College Conway. Jhon Wiley &
Sons, Inc.
Riley,
J.P and Chester, R. 1971. Introduction to Marine Chemistry. Department of Oceanography
the University of Liverpool, England. Academic Press, London and New York.
Riley,
J.P and Chester, 1975. Chemmical Oceanographyestry. Academic Press,
London
and San Francisco. Wassman, P. 1993. Regulation of Vertical Export of
Particulate Organic Matter from the Euphotic Zone by Planktonic Heterothrophs
in Eutrophicated Aquatic Environments. Marine Pollution Bulkletin, Volume 26
No. 11, Pergamon Press Ltd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar