Seng atau Zink
merupakan unsur logam putih kebiruan yang biasa dijumpai pada sfalerit atau zink blende (ZnS). Secara kimia seng
adalah logam yang reaktif, bergabung dengan oksigen dan unsur non logam
lainnya, bereaksi dengan asam encer membebaskan hidrogen. Kebanyakan senyawa
seng mengandung Zn2+ (Daintith ed, 1994). Seng merupakan unsur
esensial jika jumlahnya sedikit, namun berbahaya dalam konsentrasi tinggi (Petrucci,
1999)
Seng cendrung lebih mudah
melepaskan elektron dibandingkan dengan tembaga karena seng yang biasa
ditemukan berada dalam bentuk Zn+2. Toksisitas seng dalam air sangat
bervariasi untuk beberapa spesies. Seng pada konsentrasi 0.3 bds dalam air
merupakan dosis letal untuk jenis siput dalam beberapa ikan. Menurut Sumardjo
(2009) Beberapa faktor yang mempengaruhi toksisitas Zn+2 dalam air.
Toksitsitas seng cendrung meningkat dengan meingkatnya suhu antara 15.5 – 21.5 oC dan
toksisitas Zn+2 jauh meningkat pada air lunak pH 6.6 – 6.7 daripada
dalam air sadah pH 7.6 – 7.8. Menurut Ahcmad (2004), kandungan Zn dalam air
untuk air golongan A adalah sebesar 0.1 mg/l, air golongan B sebesar 0.1 mg/l,
golongan C sebesar 6 mg/l dan golongan D sebesar 18 mg/l.
Untuk dilakukan
penentuan kadar secara spektrofotometri, logam Zn harus terlebih dahulu
dikomplekskan. Pengompleks yang dapat digunakan untuk logam Zn adalah
NN-Bisallylthio-carbamoyl-hydrazine, Diethylammonium diethyldithiocabamate,
4-Dimethylaminostyryl-β-naphtiazole methiodide, Dithizone, 8-Hydroxyquinaldine,
8-Hydroxyquinoline, 1-Nitroso-2-naphthol, Quinaldic acid, Salicylaldehyde
oxime, Sodium diethyldithiocarbamate, Toluene-3,4-dithiol, Xylenol orange, Zinc
dithiol dan Zincon (Vogel, 1989). Menurut Sufyani (2007) Pengompleks lain yang
dapat digunakan untuk menganlisa kadar Zn adalah Alizarin Red S (ARS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar